Bukan Untuk Mikir. Inilah Fungsi Pikiran Sebenarnya

thedeny

Thedeny.id, Surakarta – Banyak orang mengira pikiran fungsinya ya untuk berpikir bukan? Padahal tidak, faktanya pikiran bisa digunakan untuk berpikir tapi tujuan utamanya bukan itu. Ada yang jauh lebih hebat dari itu.

Terus untuk apa?

Pikiran bekerja mirip antena pemancar frekuensi yaitu bertugas menerima dan mengirim informasi Tuhan atau semesta. Analoginya begini : televisi yang berfungsi menerima frekuensi dari pusat dan menampilkannya dalam bentuk yang bisa di kenali. Contohnya, di studio RCTI Jakarta sedang live siaran langsung konser Blackpink, maka siaran tersebut butuh tv untuk menampilkannya di Kota Solo.

Jadi studio RCTI pusat mengirimkan acara tersebut dalam bentuk frekuensi. Dan tugas tv mengubahnya menjadi bentuk gambar visual, sehingga orang Solo bisa nonton Blackpink tanpa repot pergi ke Jakarta. Studio RCTI adalah ibarat Tuhan atau semesta. Sedangkan tv adalah pikiran kita. Uniknya adalah pikiran tidak di desain untuk berpikir dan memiliki siaran sendiri. Namun, berfungsi sebagai penangkap frekuensi Tuhan dan kemudian mengubahnya menjadi hal yang bisa dipahami. Oleh karena itu, pikiran memang cerdas luar biasa. Tapi karena dia cerdas, dia suka menganggap kemampuannya digunakan untuk mencipta gambar sendiri. Padahal tidak.

Oke. Kita lanjut ya?

Dalam hal ini Tuhan atau semesta ingin dikenali melalui pikiran kita. Dia bisa tampil. Oleh karna itu pikiran seharusnya diam tidak membuat acara sendiri sesuai kepentingan pribadinya, tapi diam sebagai radar penerima frekuensı Ilahi yang muncul. Dia harus menyiarkan siaran dari studio pusat. Jika pusat siaran bola, ya dia menampilkan acara bola. Jika pusat scorenya 1:1, pikiran juga menampilkan score yang sama.

Misalkan pikiran dikembalikan ke fungsi sebenarnya. Maka, disinilah terjadi perkawinan Ilahi yaitu (Manunggaling Kawula Gusti). Gusti disini sebagai pusat yang sedang siaran langsung dan kita cuma sebagai penampilnya. Aku adalah pikiran (hamba). Pikiran yang menampilkan siaran langsung dari Ilahi pusat keberadaan semesta.

Kalo pikiran diam. Kemudian kita menerima frekuensi Ilahi tersebut, lalu pikiran dengan kecerdasannya mem-broadcast frekuensi tersebut. Sehingga informasinya bisa dipahami di bumi ini. Jadi pikiran hanyalah penerjemah frekuensi Ilahi.

Ketika kita telah menyatu dengan Ilahi. Maka kita menjadi wujud sempurna dari Tuhan. Karena tidak ada ego kita, hanya menerjemahkan apa yang Tuhan berikan lewat pikiran.

Asik bukan?

Nah bagi yang sudah diam pasti paham akan hal ini. Dan bisa merasakan kedatangan frekuensi Ilahi ini muncul di pikirannya sendiri. Pikiran adalah parabola penangkap sinyal Ilahi, atau ibarat bagai wadah akan datangnya wahyu yang menjadi tugas kita. Bukan menggunakan pikiran untuk berpikir, tetapi membersihkan pikiran dari kegiatan berpikir.

Ketika pikiran jernih, pikiran bisa menangkap wahyu atau ilham atau warid atau siaran langsung dari ilahi atau semesta. Baru kemudian pikiran digunakan untuk menerjemahkan kedalam bentuk informasi yang bisa dipahami manusia lain.

Jadi sebenarnya…

Kita tak perlu pusing berlebihan berpikir keras dalam menjalani hidup. Seolah-olah kita bisa melakukan segalanya sendiri. Pikiran tak perlu diperas seperti kanebo kering untuk mencari solusi berbagai persoalan. Hidup kita sudah dijamin. Hanya kita suka terdistraksi pikiran kotor dari berbagai lintasan yang tidak perlu.

Kita butuh diam tak melakukan apapun setelah berikhtiar maksimal. Sehingga siaran Tuhan bisa terbaca. Inilah petunjuk hidup dalam segala hal. Tuhan sudah mengatur dan memikirkan kita. Hanya kita perlu mendengar siarannya melalui pikiran kita. Buang kepanikan, ketakutan dan keresahan sekarang juga.

Tenang, diam, santai, rileks, nyaman. Sruput kopinya dan dalam mode selalu siap menerima gelombang Tuhan.

Inilah alasan kenapa tulisan ini ada 🙂

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment